Order Now

Biaya desain 3D

Kamis, 05 Desember 2013

Faktor penting memilih sketsa explorasi desain

Terdapat tiga faktor penting dalam memilih sketsa explorasi desain. Ketiga faktor tersebut antara lain : Balance, Compotition, Color, 3E (Ergonomis, Ekonomis, Estetika). Berikut saya uraikan ketiga faktor yang telah saya sebut diatas.
Balance
Gelap-terang, panas-dingin, keras-lembut, adalah beberapa contoh keseimbangan atau dengan kata lain yaitu : Balance. Dalam bidang desainpun kita juga harus memperhatikan hal-hal seperti ini. Keseimbangan harus selalu kita perhatikan meskipun kita membuat desain asimetris. Karena keseimbangan merupakan hal paling mendasar di bidang desain. Desain dalam bidang apapun pasti mengandung unsur ini, seperti : interior, otomotif, elektronik, bahkan tata kota sekalipun pasti juga mengandung unsur keseimbangan ini. Berikut beberapa contoh desain yang mengandung unsur keseimbangan.
Compotition
Komposisi seringkali diabaikan dalam pembuatan desain perhiasan. Padahal dengan memperhatikan unsur ini kita juga bisa semakin kreatif dalam membuat desain perhiasan. Semakin kreatif kita dalam membuat desain perhiasan, maka makin variatif pula desain-desain yang kita hasilkan. Namun dalam menerapkan salah satu unsur ini, kita seharusnya mengetahui beberapa komponen yang biasa digunakan dalam pembuatan suatu perhiasan, sehingga kita bisa menerapkan komponen-komponen tersebut pada desain kita dengan baik. Lebih baik lagi bila kita bisa menemukan komponen yang “tidak biasa” digunakan dalam sebuah desain perhiasan. Komponen-komponen berikut adalah komponen yang "biasa" digunakan dalam desain perhiasan.
  • Permukaan kilap.
  • Permukaan selep.
  • Permukaan doft.
  • Jawan / bola-bola.
  • Plat bertekstur (peleg / lentur).
  • Pipa (polos / bertekstur).
  • Kawat.
  • Kawat plintir / Tali air / Tali tamper.
  • Batu (diamond, mutiara/pearl, gemstones, etc).
  • Cat enamel.
  • Sepuh / Pen Plating.
  • Plat plong.Plat plintir.
  • Dll.
Komponen-komponen diatas adalah komponen yang "biasa" digunakan dalam membuat desain perhiasan. Kita bisa menambahkan komponen-komponen yang “tidak biasa” untuk dimasukkan dalam daftar diatas. "Komponen yang terbentuk menjadi desain perhiasan" itulah yang saya sebut sebagai komposisi.


Color
Color atau warna sebenarnya bisa kita masukkan dalam unsur diatas (Compotition). Tapi dalam tulisan ini saya pisahkan unsur warna dari unsur yang telah saya sebutkan diatas, karena dalam warna memiliki hal-hal yang kompleks di dalamnya. Kita bisa mengatur warna perhiasan pada desain yang kita buat. Setelah mengatur warna pada desain, barulah kita bisa menentukan komponen apa yang yang cocok digunakan pada desain kita. Contoh nya bisa kita lihat pada gambar dibawah ini.
Terlihat pada gambar diatas komponen-komponen pembentuk perhiasan tersebut ada emas putih ada emas kuning, yang ingin saya tunjukkan melalui gambar diatas adalah sebelum kita menuliskan komponen-komponen pembentuk perhiasan tersebut saya sudah merancang warna apa yang saya hadirkan pada desain saya, sehingga apabila desain tersebut sebelum dikerjakan oleh tukang / teknisi (orang yang bertanggung jawab terhadap tukang) bisa memperkirakan proses-proses apa saja yang akan dilakukanya.
3E (Ergonomis, Ekonomis, Estetika)
Ergonomis / kenyamanan suatu perhiasan adalah hal yang penting untuk diperhatikan, terkadang dalam mendesain sesuatu kita lebih mengutamakan keindahan tapi melupakan salah satu aspek terpenting ini.
Apabila kita membuat sebuah desain liontin atau kalun, perhatikan jangan sampai ada sudut-sudut yang menonjol/ meruncing, karena hal itu akan melukai atau paling tidak membuat lecet pada leher si pemakai. Bayangkan jika kita yang akan memakai liontin/ perhiasan itu sendiri, luka atau lecet yang diakibatkan oleh bentuk liontin tersebut pasti akan menimbulkan rasa tidak nyaman bukan?
Lalu ada juga aspek lain selain ergonomis yaitu ekonomis. Aspek ini pasti banyak dicari  oleh konsumen perhiasan. Bayangkan seperti ini : bila kita sebagai konsumen perhiasan diberi pilihan dalam membeli sebuah perhiasan emas di sebuah toko, katakanlah sebuah cincin. Keduanya memiliki ukuran yang sama, jumlah batu yang sama, kemudian model yang juga sama, namun memiliki berat yang berbeda. Katakanlah cincin A dengan berat 2,10 gr sedang cincin B dengan berat 2,35 gr. Cincin mana yang akan kita pilih? Tentu saja sebagai konsumen kita pasti akan memilih cincin A dengan berat yang lebih ringan bukan? Bayangkan saja dengan harga emas sekitar Rp400 ribu-an/gr misalnya. Tentu kita bisa berhemat sekitar 100 ribu-an.
Kemudian aspek terpenting yang terakhir yaitu estetika / keindahan. Apabila kita membuat sebuah cincin dengan ukuran diameter ring tertentu, kita bisa dengan mudah mengukurnya dengan alat pengukur yang tersedia, misalnya : jangka sorong, sketch-math, penggaris, dan lain sebagainya. Namun hal teknis seperti yang tersebut diatas tidak bisa disamakan dengan aspek estetika. Hal teknis bisa dibuat baku dengan membuat standart ukuran, akan tetapi estetika atau keindahan adalah hal yang fleksibel atau dengan kata lain tidak dapat dibakukan . Tiap-tiap personal/ orang mempunyai “standart” keindahan tersendiri. Coba bayangkan seperti ini : apabila kita pernah melihat perhiasan yang terpajang pada etalase sebuah toko perhiasan, kita akan melihat ada begitu banyak jenis-jenis perhiasan. Mulai dari cincin, liontin, kalung, gelang, anting, dan lain sebagainya. Dari tiap-tiap jenis perhiasan tersebut juga terdapat model-model yang beraneka ragam, mulai dari yang polos, dengan taburan batu, sampai dengan permukaan yang menggunakan sentuhan teknologi finishing terkini, seperti pen plating/ sepuh, selep, doft laser, dan lain-lain. Toko tersebut pastilah paham akan kebutuhan konsumennya yang sangat beragam, mengingat tiap orang mempunyai “standart” keindahan tersendiri seperti yang disebutkan diatas, jadi toko inipun menyediakan apa yang diinginkan konsumen mereka. Jadi untuk dapat memasukkan aspek estetika ke dalam desain kita, kita pun harus memahami dengan benar apa saja selera “konsumen” desain perhiasan kita. Mirip seperti sebuah pepatah "Pelanggan adalah Raja!" (Pelanggan = Konsumen).

Rabu, 04 Desember 2013

Sketsa explorasi desain

Setelah mendapatkan ide dari beberapa cara yang di uraikan pada halaman sebelumnya,kini tiba saatnya mengubah ide tersebut menjadi sketsa explorasi desain.Ide yang didapatkan tersebut sebaiknya segera dibuatkan sketsanya,karena dengan begitu semakin banyak sketsa yang kita buat maka semakin banyak pula pilihannya.Jangan takut membuat kesalahan dalam membuat sketsa, karena dengan kesalahan-kesalahan tersebut kita juga bisa belajar memperbaiki kesalahan dengan berlatih, berlatih, dan terus berlatih.Sehingga kita bisa menjadi lebih baik lagi dalam membuat sketsa.Berikut akan dijelaskan secara mendetail langkah-langkah dalam membuat sketsa explorasi desain.Langkah-langkah tersebut akan saya bagi lagi dalam 3 bagian, yaitu : Persiapan, Pembuatan, Seleksi
A.Persiapan.
Dalam setiap hal yang kita kerjakan hendaknya selalu disertai dengan beberapa persiapan.(Tidak lucu kalau ternyata di saat dalam otak kita terlintas sebuah ide, kita harus mencari alat-alat untuk memvisualisasikan ide tersebut, seperti pensil atau penghapus). Demikian halnya dalam membuat sketsa explorasi desain. Persiapkan beberapa alat berikut alat-alat yang biasa dipakai saya pakai dalam membuat sketsa antara lain :
1.Pensil mekanik
2.Kertas gambar / kertas HVS 70 – 80 gr
3.Penghapus dan penggaris (meskipun dalam prakteknya alat-alat ini tidak baik bila digunakan,tapi sediakan saja untuk berjaga-jaga)
4.Ide yang sebelumnya telah dikumpulkan dari berbagai sumber
B.Pembuatan
Sketsa explorasi disini bisa saya kelompokkan ke dalam 2 jenis. Jenis yang pertama sketsa kasar, yaitu sketsa yang langsung kita gambar (coretkan) begitu kita memperoleh ide yang sebelumnya kita gali dari berbagai sumber. Serta yang kedua ialah sketsa halus, yaitu sketsa yang kita buat untuk tujuan presentasi (untuk kita pamerkan dan presentasikan hasilnya). Namun pada kenyataannya pada dunia industri saat ini, dunia yang saya geluti selama ini sketsa halus mungkin tidak diperlukan lagi. Sebagai gantinya sketsa tangan kasar tersebut akan di scan untuk selanjutnya langsung diolah kedalam komputer menggunakan program menggambar 2D (CorelDraw, Macromedia FreeHand, GIMP, dan lain sebagainya). Biasanya saya membuat beberapa sketsa desain (baik sketsa kasar atau halus) untuk dipresentasikan, minimal 5 – 10 desain. Berikut adalah contoh-contoh dari kedua jenis sketsa-sketsa yang dijelaskan diatas.
Biasanya setelah lama tidak menggambar dengan pensil, tangan saya selalu kaku. Maka alangkah baiknya sebelum memulai membuat sketsa saya mulai dengan melakukan latihan-latihan kecil menggunakan pensil diatas kertas yang tidak terpakai dengan tidak menggunakan alat bantu berupa penggaris maupun penghapus seperti membuat garis-garis lurus, garis-garis lengkung, garis-garis patah / zig-zag. Seperti contoh dibawah ini.
C.Memilih sketsa explorasi
Setelah membuat beberapa sketsa halus, sekarang kita berlanjut pada tahap berikutnya, yaitu memilih sketsa explorasi yang kita buat. Dalam kasus yang saya hadapi, biasanya sketsa desain yang saya buat dipilih oleh orang lain selaku customer atau boss saya. Tapi karena dalam hal ini kita hanya belajar dalam mendesain tidak ada salahnya kita bisa bertindak sebagai customer atau boss bagi diri kita sendiri. Berikut saya beberkan bocoran, beberapa faktor penting yang sering diperhatikan oleh customer atau boss saya dalam memilih sketsa explorasi desain, beberapa faktor penting itu antara lain : Balance (keseimbangan), Compotition (Komposisi), Color (warna), 3E (Ergonomis / Kenyamanan, Ekonomis, Estetika / Keindahan). Nah berikutnya akan saya jabarkan uraian dari beberapa faktor yang penting dalam memilih sketsa explorasi desain.